Pages

Ide Travelling Malam Minggu Galau

Ide Travelling Malam Minggu Galau

Kamu jomblo? Terus malam minggu nongkrong sambil liatin orang2 yang pacaran? Bercumbu dan bermesraan di tempat remang2. Kamu jomblo ato satpam asrama? Ngapain ngintip orang pacaran coeg. Mending kamu habiskan waktumu dengan hal-hal yang positif yang bisa membanggakan kedua orang tuamu, nembak ikan di sekitaran Gili Tangkong. Orang tua mana yang gak bakalan bangga? Bangga ndasmu!
Okeh serius, follow twitter gw dulu @harryodek. Udah follow belum? Follow cepetan biar orang tuamu bangga. Bangga ndasmu!

Okeh, kali ini benar2 serius. Jadi gini, daripada malam minggu kamu galau, daripada kamu satpam wannabe, mending kamu ajak deh teman2mu sesama jomblo untuk merayakan ke-ngenesan kalian secara berjamaah. Saya mau share salah satu ide travelling seru yang bisa kamu lakukan bareng teman2mu. Dijamin seru, karena udah saya buktikan beberapa malam yang lalu. Bersama orang2 jomblo juga.


Nah, waktu itu saya berangkat seorang diri dari Kota Mataram menuju Desa Tawun, Sekotong, Lombok Barat. Iya, sendiri. Bukan karena jomblo ya, tapi emang karena gak punya pasangan. Saya berangkat atas ajakan Bang Ihwan Jaelani yang mengerti betul bahwa saya butuh hiburan. Di tengah2 krisis moral para elit politik yang melanda negeri ini, travelling menjadi salah satu hiburan yang paling ampuh untuk mengapatiskan diri dari kasus papa minta saham. Bagaimana nggak, gara2 nie kasus, otak saya dibuat mumet 3 hari 3 malam gak tidur2. Pusing memikirkan nasib negeri ini.

Sampe di Desa Tawun, saya langsung menuju markas besar Baywatch, salah satu kelompok binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Barat yang bertugas menjaga dan melestarikan perairan di sekitar daerah tersebut. Sungguh tugas yang mulia dibandingkan hanya sekedar melamun galau memikirkan mantan yang udah bahagia dengan pacar barunya. Sesampainya di sana, segelas kopi disuguhkan dengan nikmatnya menyambut kedatangan saya. Beberapa menit kemudian, Bang Ihwan datang, lengkap dengan perlengkapan free dive dan speargun andalannya.

Ya, saya diajak nembak ikan malam2. Kami bertujuh. Mereka semua masternya nembak ikan atau bahasa gaulnya spearfishing. Kecuali satu orang yang bukan master dan apakah kamu tau itu siapa? Cari tau dengan follow @harryodek. Yang jelas bukan saya, sumpah bukan saya. Iya deh, saya.

Nah, lepas isya, kami pun berangkat dan petualangan dimulai. Di atas boat berukuran... gak tau, yg jelas kami bertujuh muat, kami berdoa semoga malam ini ikan datang melimpah ruah. Sebanyak cewek yang pernah nolak kamu. Dan doa kami terkabulkan. Ikannya buanyak, ada cumi, ada ikan, ikan dan ikan (Auk ah saya gak tau namanya yg jelas itu ikan banyak jenisnya dan kalo dibakar enak).



Sayapun sempat ikut nyebur. Airnya anget, waktu diatas boat juga gak terlalu dingin.Cuman ya itu, gak keliatan apa2 kalo gak bawa senter. Asli buram. Seburam masa depanmu. Jadi kalo dijabarkan beginilah kira2 kegiatan 4 jam di atas boat di sekitaran Gili Tangkong:

Buka baju ~> Nyebur ~> Naek ~> Nyebur ~> Naek ~> Seduh kopi ~> Setel musik ~> liat bulan ~> galau.

Nah, ini nih hasil kegalauan kami malam itu:


Tepat jam 12 malam, kami pun melabuhkan hati kami di dermaga Gili Tangkong. Bagi2 tugas, ada yg bersihkan ikan, ada yang nyari batok kelapa dan bikin bara api, ada yang bikin bumbu ikan bakar. Tugas saya? Jauh lebih penting dari ketiga tugas diatas: Motret pake kamera hape gak peduli blur dan gelap. Sungguh tugas yang mulia dan bisa membanggakan orang tua.








Maka bayangkanlah wahai para jomblo sejati, di pulau terpencil tak berpenghuni; api unggun dan bara api lengkap dengan cumi, ikan, ikan dan ikan di atasnya; sebuah wireless yang melantunkan tembang2 pilihan; proses menunggu matangnya ikan secara sempurna sambil bercengkrama dan bercanda dengan sobat jomblo lainnya; proses comot ikan yang sudah matang kemudian di cocol di bumbu kecap dengan irisan cabe dan bawang tepat di bawah sinar bintang dan rembulan; sungguh jika saya disuruh memilih antara pengalaman ini atau wanita pujaan hati, sudah jelas, ya saya milih ceweklah...

Paralayang Tanpa Batas Di Pantai Meang, Sekotong


Sudah lama sekali rasanya tidak mengunjungi Pantai Meang dan latihan paralayang bersama teman-teman gw yang lain. Tepat sebelum puasa tahun 2015 hingga saat ini lebaran telah berlalu selama satu bulan, gw rasanya kangen sama Pak Suhaili, Kepala Dusun Meang, kangen sama masakannya inaq (istri Pak Suhaili) yang selalu ada menu lebui dalam sajiannya, kangen dengan jalan rusak menurun dan menanjak yang bikin perut gw meloncat-lonat kesana kemari, kangen 15 menit menanjak ke atas bukit paralayang selama sambil membawa tas parasut, kangen saat take off, kangen saat soaring hingga berjam-jam di atas udara, kangen saat top landing, dan kangen saat berteduh di gazebo dadakan dari panas teriknya sinar matahari.

Paralayang Tanpa Batas Di Pantai Meang, Sekotong

Tapi dibalik itu semua, yang paling gw kangen adalah berkumpul dengan teman2 sesama pilot dan menikmati indahnya panorama alam Pantai Meang dari ketinggian. Ya, Pantai yang satu ini memang belum terkenal dan belum banyak dikunjungi oleh masyarakat Lombok sendiri apalagi bule. Terletak di Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, dari Kota Mataram lo harus menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam 45 menit menggunakan kendaraan bermotor. Satu jam di jalanan aspal mulus dan 45 menit di jalanan hotmix rusak parah. Meskipun demikian, kalo lo udah nyampe di Desa Meang, pertama-tama lo akan melihat pantai meang dari atas. Laut biru yang merupakan bagian dari Samudra Hindia dan berhadapan langsung dengan bukit-bukit hijau bakal manjain mata lo ditambah lagi dengan semilir angin sejuk dan deburan suara ombak akan nenangin jiwa lo. Ah, suasana yang sungguh indah.

Paralayang Tanpa Batas Di Pantai Meang, Sekotong

Paralayang Tanpa Batas Di Pantai Meang, Sekotong

Turun ke bawah melewati jalan tanah yang lumayan membutuhkan kemampuan khusus mengendarai kendaraan bermotor, lo akan tiba di pantainya. Pasir putih dan bersih banget. Mungkin karena masih jarang orang kesini sehingga sampah tidak ada. Dan di akhir tulisan, gw pengen lo bayangin, naik ke atas bukit, terbang, liat pantai Meang dari atas, perlahan-lahan mendarat di dekat pantai, suara ombak, para warga yang mendapatkan hiburan dari atraksi terbang kami dan mereka berkumpul di sekitar kebun kacang, kemudian kami mendarat, kemudian suara ombak lagi, kemudian warga menyambut kami, dan akhirnya menunggu di bawah teman-teman yang lain mendarat juga sambil menikmati indahnya alam Pantai Meang. Sungguh tempat yang luar biasa untuk terbang!

Paralayang Tanpa Batas Di Pantai Meang, Sekotong

Paralayang Tanpa Batas Di Pantai Meang, Sekotong

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur


Berawal dari Paralayang, punya banyak teman, sering kumpul2 bareng, survey lokasi baru buat terbang, bahagia dan menderita bersama, sampai akhirnya salah satu teman gw yang paling norak namanya Anto Capen Sembahulun (itu nama akun fb nya juga) ngasi tau ada bukit teletabis yang enak banget buat latian paralayang, terutama buat yang masih baru, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat beberapa hari kemudian.


Bukit tersebut namanya Bukit Nanggi, terletak di Sembalun Bumbung, dari bawah jalan kaki sekitar 4 jam, ketinggian 2300 mdpl, lebih tinggi dari Bukit Pergasingan dan Anak Dara. Viewnya, gak kalah sama dua seniornya. Track yang ditempuhpun lumayan adem karena banyak pepohonan di kiri kanan jalur pendakian selama 3 jam perjalanan. Nerakanya sih ada di satu jam terakhir sebelum puncak, dimana kemiringan mencapai hampir 85 derajat. Hiiii, gw takut ketinggian meeenn!!!




Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur


Waktu itu gw dan teman-teman berangkat dari Sembalun Bumbung jam 4 pagi dini hari. Hawa yang dingin menusuk tulang bikin kami tambah bersemangat. Perjalanan yang harusnya tiba jam 8 molor satu jam. Alasannya, sayang gak motret2 selama perjalanan, viewnya keren, apalagi menjelang sunrise. Rinjani perlahan memerah terkena terpaan sinar matahari pagi. Alasan lainnya molor, karena kita bawa parasut. Dan beratnya itu, beeeuuhh...

Tapi semua penderitaan itu terbayar lunas. View di atas keren! Dari puncak Bukit Nanggi jika kamu menghadap ke Selatan maka Rinjani yang akan kamu lihat dan jika kamu menghadap utara, Desa Sambelia, Gili-Gili di sekitarnya, dan lautan yang luas menjadi pemandangan yang sayang untuk dilewatkan. Ditambah lagi, kamu bisa melihat sunrise secara langsung dari puncak Bukit Nanggi ini.

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Soft Trekking di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur

Karena Bukit Nanggi ini masih baru dan belum diurus layaknya Pergasingan, usai turun kami berdiskusi dengan pemuda Sembalun Bumbung agar bagaimana nantinya Bukit ini bisa terkenal seperti Pergasingan dan menjadi destinasi wisata baru di Sembalun. Buat kalian yang pengen ke sini, bisa menghubungi gw melalui perusahaan travel gw yang keceh "The Langkah Travel". Mampus2 dah udah gw komersilin nih bukit. Hahahaha.

#Adv ~> Buat kamu yang pengen ke Bukit Nanggi dan gak mau repot ngurusin ini itunya, kalian bisa pake jasa travel agent di bawah ini. Terbukti murah tapi bukan murahan!

Paket Wisata Bukit Nanggi

Paralayang Di Gunung Banyak, Batu, Malang

Iya, itu gw sedang take off
Oke guys, kali ini gw pengen banget nulis artikel ini dengan keceriaan, semangat yang membara, api yang berkobar, dan rokok yang mengepul. Tapi apalah daya, gw merasa malam ini ketampanan gw seakan berkurang. Tapi syukurlah, status gw di NTB ini sebagai satu dari sedikit orang yang pernah terbang paralayang, membuat tingkat kekerenan gw nambah menjadi ribuan kali lipat. Hayooo... Balapan: mainstream! nyelam: mainstream! Terbang pake parasut? Anti mainstream! Ayoq, yang gabung, yang gabung, kursus plus dapat lisensi cuma 7,5 juta lo.

Nah, berhubung status gw udah boleh terbang, gw bisa ikut lomba tanggal 9-10 Mei 2015 kemaren di Batu, Malang, Jawa Timur. Tepatnya sih di Gunung Banyak, Desa Songgoriti. Dari Mataram gw bareng sama Yuli anak Dompu, Taiger Anak Sembalun, dan Mas Johan Om-Om dari Lombok Barat berangkat pake bus. Perjalanan sehari semalam coy. Capeeeeeekkk!!!

Sampe di lokasi, tukang pijet menyambut kami. Ya kaliiiiii...!!! Sampe di lokasi, kami ke landing area dulu bentar ngeliat teman2 lain yang lagi latihan. Mereka banyak yang masih muda-muda lho. Dalam hati jujur aja gw rada2 minder. Mereka disini jago2, angin seolah-olah bersahabat dengan mereka. Tapi naluri kejantanan gw tertantang. Meskipun parasut mereka ada yang bertuliskan KONI Kota Batu dan parasut gw sobek sana-sini dan ada bekas jahitannya (ehm, maklum parasut sumbangan dan patungan dari Pemda NTB om-om ganteng perintis paralayang di NTB) tapi gw tetap bersemangat untuk menunjukkan yang terbaik untuk daerah gw sendiri.

View saat perjalanan menuju Gunung Banyak. Akses nya gampang, bisa pake mobil, jadi gak perlu pake acara hiking segala
Okeh, puas sore itu melihat orang terbang, kamipun menuju tempat nginap di rumahnya Mbak Rika dan mempersiapkan diri untuk ikutan lomba keesokan harinya. Sebelum tidur tidak lupa gw cuci kaki, gosok kaki, cas hape dan cas radio handy talkie. Mandi? Ogaaahh, dingainnya kayak Sembalun, daerah dataran tinggi cuukk.

Keesokan paginya, seperti biasa, gw terbangun dalam keadaan ganteng. Tambah ganteng lagi pas gw udah selesai mandi. Setelah itu ikutan lomba cuk. Wow, untuk pertama kalinya dalam hidup Harry Hermanan ikutan lomba paralayang. Selamat tinggal lomba balap kerupuk makan karung, selamat datang lomba orang-orang keren. Heee..

Tiger Dari Sembalun, Orang Keren Juga
Aan Gaitan dari Sumbawa, Orang Keren Juga
Mas Nanag, bapaknya orang-orang keren
Lomba kali ini yang dipertandingkan cuma satu kategori saja yaitu ketepatan mendarat. Jadi begini, kami dituntu untuk loncat ke jurang setinggi kurang lebih 350 meter, terbang, kemudian mendarat di tengah-tengah lingkaran yang ditentukan oleh panitia. Poin tertinggi adalah "0" dan poin terendah adalah "500". Kalo kamu pas landing di tengah2 lingkaran yang ada besinya itu dan berhasil kamu injak, poinmu "0". Kalo melenceng dari titik tersebut tinggal dihitung deh berapa centi dan itulah poinmu. Kalo udah diluar lingkaran besar, poinmu "500". Landing di sawah juga poinnya 500. Nah, dari 5 sorti atau 5 kali terbang, siapa yang paling sedikit poinnya itu yang menang. Gitu. Peraturan ini juga baru saya tau pas udah di lokasi lo, jadi bukan bermaksud menggurui, hanya saja ingin terlihat lebih keren. Okey, skip.

Yuli dari Dompu. Mikirin mantan sama nunggu angin beda-beda tipis ya :p
Gw gak dapat juara. Gw ada di urutan 24 dari hampir 60 peserta. Lumayanlah buat pertama kali ikut lomba. Next, i will be better. Please KONI NTB, support parasut dooonnnggggg!!!!

Okey cuk, itu aja salah satu pengalaman yang luar biasa dalam hidup gw yang sayang kalo gw gak tulis di blog ini. Sayang banget kalo cucu gw gak bisa baca ini beberapa tahun kemudian, sayang banget kalo mereka gak tau kalo kakeknya itu keren banget.






Pujilah dirimu sendiri karena belum tentu orang lain memujimu! Zaman sekarang, di bully iya! Hahaha. Bravo Paralayang NTB!

BONUS: Kadang kalo gak ada angin, sempetin jalan2 dulu keliling Gunung Banyak, dan ini viewnya!

Gw lagi. Emang harus diakui, keren itu mutlak!



Dan ini Taiger. Masih Jomblo, diperkirakan hingga 5 tahun kedepan. Ada yang minat? PM sis...