Pages

Fotografer gak Punya Kamera

Fotografer gak punya kamera
Okey, first, who is the photographer?

"GUEH"

Second, sombong sekali sih nyebut diri fotografer?

"Karena gue udah pernah ikut pameran foto bareng teman-teman, punya cita-cita ngadain pameran foto pribadi, beberapa kali jadi pemateri untuk materi fotografi, dan sering dapat duit dari orang-orang yang make jasa fotografi gue".

Third, Mana hasil karyanya?

"Mmmm... Hmmmm (sambil garuk-garuk kepala), okey begini aja, ADA, tapi sedikit".

Why?

"Au', ilang kemana gue lupa".

Berawal dari tahun 2005, saat itu gue yang lugu, polos, dan gampang terpengaruh diajakin sama abang gue yang sekrang statusnya udah jadi insinyur pertanian untuk bergabung di organisasi fotografi yang ada di kampus gue. Namanya Abang Rahmat Subhan.
Meskipun lugu dan polos, gue yang saat itu diajakin buat ikut "gitu-gituan" awalnya menolak. Kenapa? Secara waktu itu gue baru lulus SMA. Jadi, gengsi remajanya itu agak-agak meningkat sedikitlah. Hehe.

15 menit kemudian, tawaran itu gue terima... #Terkampretlah, mana gengsinya yang tadi???

Dan mulailah karir perkuliahan gue di semester pertama ini dengan memboyong dua kegiatan sekaligus. Untungnya body gue sixpack (baca: tersiksa kalo dipaksa). Dua kegiatan itu adalah organisasi dan kuliah.

Dan seperti mahasiswa-mahasiswa kebanyakan, kuliah gue terganggu gara-gara gue gak bisa ngatur waktu (bukan gara-gara organisasi, bukaaaannn, jangan salahkan komunitasnya, jujur aja, kayak gue, emang kitanya aja yang maleeess).

Lantas apa yang gue dapat?

Pertama, kuliah gak kelar dan tahun ini mau pindah kampus.

Kedua, tawaran kerja dari sana dan sini yang menunggu gue kalo sudah wisuda nanti, terpaksa HRD nya galau karena gue tolak semua.

Ketiga, perasaan dari lubuk hati terdalam yang seringkali disangkal oleh lisan ini, PENYESALAN karena gagal sarjana. Guys, kalo lo gagal wisuda, susah nemuin alasan yang bisa membenarkan kegagalan itu.

Yah, penyesalan emang selalu datang terlambat. Karena kalo penyesalan datangnya tidak terlambat, penjara sepi, sipir penjara nganggur, sel penjara mubajir (mending dijadiin kos-kosan) dan nasi gak akan pernah jadi bubur.

Keempat, gue jadi tau yang namanya ilmu fotografi.

Kelima, gue jadi pahamlah sedikit-sedikit apa itu yang namanya organisasi.

Keenam, dengan pemahaman manajemen organisasi yang pas-pasan dan skill fotografi, gue tanya sama elo-elo pada, "Cewek mana sih yang gak naksir sama gue?" Hehe...

Nah, itu enam hal yang gue dapetin dari gagalnya kuliah gue karena gue gak bisa ngatur waktu antara kuliah dan organisasi.

Sekarang ini, gue mencoba menata kembali hidup gue, menjadi wiraswasta dengan penghasilan yang saat ini Alhamdulillah lah ya, gue udah bisa berbagi dengan sesama.

Tapi tetap aja, hati terdalam gue gak bisa bohong. Dulu, orangtua gue ngirim gue ke sini bukan untuk "begini-begini". Tapi untuk ngeliat gue make toga di suatu pagi yang indah bersama ratusan wisudawan dan wisudawati lainnya.

Ah, andai waktu bisa diulang...

Gue, elo, dan kita semua setuju, kalo penyesalan itu emang selalu datang terlambat. Tapi, gue, elo, dan kita semua juga pasti setuju, kalo gak ada kata terlambat buat kita memperbaiki semua itu. Selama kita belajar dari pengalaman kita yang dulu, selama kemauan kita sekuat terumbu karang di lautan, gak ada kata terlambat.

Makanya sekarang gue mulai lagi dari nol. Mulai lagi dari awal. Walaupun masih lama, gue akan tetap menikmati setiap proses jalan gue menjadi yang namanya sarjana. Bahasa Lombok nya, meleeeeettt meenn...

Pengenlah merasakan bagaimana rasanya memakai toga dan dipindahkan tali di topi toga dari kiri ke kanan.

Pengenlah bisa menjawab dengan bener kalo calon mertua nanyain "kamu sarjana apa?" pas gue datang ngelamar anaknya.

Pengenlah anak-anak gue nanti gak malu ato merasa gimanaaaa gitu kalo bapaknya lulusan SMA.

Pengenlah melihat senyum emak gue di hari wisuda. Yang satu ini, sungguh, pengen...

Guys, kuliah tapi gak kelar, sama saja seperti fotografer gak punya kamera. THAT!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar